Monthly Archives: September 2009

Catatan Pagi Ini

Tidak yang dihati sih untuk menulis dipagi kali ini. Hanya sekedar ingin nulis aja, kan lumayan sudah lama ga pernah corat coret disini. Tapi kok ada perasaan bimbang sedikit sih, entah itu mengenai pekerjaan yang sudah lama aku siapkan tapi belum aku kerjakan, atau mengenai manusia *orang yang terkasih* πŸ˜€

Ya memang kamaren terjadi obrolan yang lumayan enak sih, tapi tetap hasilnya kurang memuaskan. Alah sudahlah kok dipikir, ya dijalani saja yang bisa dijalani.

Perasaanku memang timbul tenggelam seperti jalanan yang biasa ada di film-film kartun, mungkin film kartun Dora πŸ˜€

Selamat pagi dunia, akan kusambut hari ini dengan pikiran dan perasaan yang positif. Apapun yang nanti akan terjadi aku akan tetap tersenyum, senyum untukmu dunia, tempat aku berpijak, bernafas dan bersedih.

Saat sahur tadi sempe melihat dan mendengar Bpk Qurois Shihab berceramah dan ada kalimat bahwa “hidup itu ujian” ya berarti detik demi detik dan seterusnya selama kita bernafas ini, kita selalu di uji, emmm… Ya Allah kenapa mesti begitu …. ??? ya ini juga yang menjadi bahasanku kemaren dengan bapakku πŸ˜€ lumayan segar bahasan ini. Saat membahas tema ini, aku merasa seperti seekor itik yang sedang diajari berenang oleh sang induknya. Ya Allah mulai hari ini saya akan menurut dengan segala perintah dan aturan bapakku, aku telah lama melanggar aturannya dan omongannya. Alasan kenapa aku bisa melanggar selama itu, sepertinya banyak sebab, tapi ga tulis disini, karena terlalu banyaknya πŸ˜€ Dan melalui pemikiran dan perenungan setiap saat setelah hampir selama 2 bulan ini kami sering bersama, ada beberapa pertimbangan buat aku bahwa tak selamanya bapakku ini salah. Beberapa pertimbangan itu yaitu :
1. Dia adalah orang tuaku, bagaimanapun juga hukum Al-Qur’an mewajibkan kita menghormati orang tua apapun bentuknya.
2. Dalam hati kecilnya dia, dia sangat sayang sekali dengan anak-anaknya, biarpun anak-anaknya suka menyakiti hatinya *biarpun sakit yg datangnya dari anak2nya,disebabkan juga karena kesalahan dia sebagai orang tua salah mendidik dan memberi contoh yang benar*
3. Dia masih bertanggung jawab atasku dan perhatian terhadapku pula, padahal diriku sudah segede gombreng *gombreng tak ada arti :D*
4. Dia sudah tua sekarang, dan matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas.

Aku akan mulai bersikap lunak, emmm…. orang terkasihkupun juga akan aku perlakukan yang sama, aku akan bersikap lunak, semoga memberi kebaikan buat semuanya.

Logika vs Rasa

Ga pernah bisa sama, logika mengatakan jangan, sedang rasa megatakan iya, capek kalau harus berantem terus seperti ini πŸ˜€ . Karena kondrat perempuan lebih dominan dengan rasa, maka tak pelak lagi rasa-lah yang menang saat ini. Rasa sebagai pemenang dan dia ga punya kawan untuk mendukungnya, kembali lagi rasa mulai goyah dan mundur perlahan-lahan mencari kawan sejatinya yaitu logika. Kembali dia menemui logika untuk berdiskusi dan mengkompromikan lagi. Karena memang saat ini, logikalah yang memang benar jadi rasa akhirnya mengikuti kata logika. Rasa tak berkutik dengan perkataan dan perintah logika, saat ini . Dan sampe kapanpun rasa akan mengikuti logika untuk masalah yang mereka sedang alami.

Logika vs Rasa, kenapa tidak Logika cs Rasa saja … ????? lega rasanya bisa mengeluarkannya disini, tentang berdebatan ini. Sebenarnya penting ga sih ini ?

Hari Ini, So Free …..

Entah apa sebab, hari ini begitu bebas perasaan ini, aku bener-bener bisa merasakan sesuatu yang positif didalam tubuhku. Padahal pagi-pagi mencoba nyalakan kompi, eh kompinya ngambek ga mau nyala.. Kemaren juga mengalami kejadian seperti ini, trus aku mencoba mengotak ngatik sendiri dengan dibersihkan dan dilepas semua kabel-kabelnya kemudian dipasang kembali, dan ternyata berhasil. Untuk kejadian yang hari ini, tidak berhasil padahal sudah melakukan tindakan yang sama, emmm… ya sudahlah … aku matikan saja dan aku tinggal. Kemudian beberapa menit kemudian ada tamu, tepatnya sih tamunya bapakku, aku hanya membantu saja jika diperlukan untuk mengecek sesuatu yang memerlukan mata πŸ˜€ Setelah semua beres berangkatlah kita untuk menjalankan misi pertama is ******* **** lanjut misi kedua yaitu mengantarkan bapakku ke tempat menjalankan hobinya yang menghasilkan uang tentunya, yang sudah dijalaninya semenjak aku kecil tepatnya sejak aku duduk dibangku SD kelas 6 bulan Agustus 1991, itu sesuai sepengetahuanku, tapi entah perhitungan yang menjalaninya πŸ˜€ . Kedua misi diatas sepenuhnya merupakan milik bapakku, aku hanya sebagian kecil saja memiliki misi itu. Tak apalah yang penting nanti hasil akhirnya saja. Kemudian berlanjutlah dalam benak hatiku ini untuk melanjutkan misi pribadi yaitu menepati janji dengan seseorang yang telah lama, aku selalu berucap janji dengannya untuk bertemu atau akan begini dan begitu, tapi semua itu jarang atau hampir tidak pernah aku tepati, aku disini berucap “maaf ya mba ya… ” maafkan downlinemu ini πŸ˜€ tapi akhirnya pada hari ini aku menepati janji dan kita bertemu juga. Awal dari ketemuan hari ini sebenarnya hanya ingin memperpanjang kartu member sebagai anggota dari Oriflame Komestik * sengaja aku cantumkan nama label ini disini sambilan promosi πŸ˜€ * Tapi karena antreannya masih panjang, sempet be te juga, tapi aku tetep bertahan untuk sekedar menghormati up lineku ini, yang aku sudah bisa merasakan rasa kecewanya dia terhadapku, karena selama ini ternyata up line-up line manaruh harapan yang besar terhadapku dalam mengerjakan pekerjaan MLM ini, tapi ternyata aku tidak bisa mewujudkan impian mereka πŸ˜€ sekali lagi maaf ya … para mba-mba… Karena rasa be te masih melanda aku mencoba menghubungi seorang sahabat setia untuk pergi ke suatu tempat, siapa tau bisa menghilangkan be te, eh ternyata ga bisa karena dirinya ngantor, ya sudahlah… bertahan saja disini dan melakukan yang bisa dilakukan, mencari cari sesuatu yang bisa menghibur. Yuhui dapat juga, emmm…. hiburan kali ini aku yakin bukan tindakan seorang perempuan dewasa nan bijaksana dalam menghilangkan be te, tapi sekali lagi itulah aning πŸ˜€ tidak ada yang tidak aneh. Aku dengan anak dari si mba up lineku itu bermain bersama sama layaknya aku seumuran dengannya, anak itu berumur kurang lebih 6 th-nan mungkin yaitu bermain lempar lemparan kapal-kapalan dari kertas bikinannya, dengan disaksikan beberapa eh bukan beberapa lagi sih, mungkin lebih dari 100 pasang mata baik laki-laki maupun perempuan, yang sebagian besar dari mereka adalah manusia-manusia yang merasa dirinya dewasa, apa sebab aku bilang merasa dirinya dewasa, karena aku yakin dalam diri mereka sebenarnya pasti adalah sifat kekanak-kanakan atau lebih parah lagi, merasa diri dewasa karena fisik dan usia memang nampak dewasa tapi dalam pola pikir atau cara berfikir juga tidak lebih dari pada pola pikir atau cara pikir orang Indonesia pada umumnya πŸ˜€ yang ya… begitulah πŸ˜€ . Tapi aku cuek saja, sikap cuekku ini bukan cuek yang aku paksakan untuk bercuek tapi memang aku menikmatinya dan tidak ada sedikit rasa malu, canggung atau apapun yang membebani, maka dari sinilah aku merasa kalau hariku hari ini ada hari dengan rasa so freeee…. bebas tanpa beban apapun, yang biasanya dalam setiap detik, menit dan seterusnya selalu dihantui rasa bersalah, rasa bersalah karena waktu yang terbuang, rasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu yang berguna, rasa bersalah terhadap keluarga, rasa bersalah terhadap si A , dan tentunya yang tidak pernah bisa hilang yaitu rasa bersalah terhadap-Nya. Justru hari ini aku merasa diberi bonus oleh-Nya akan rasa bebasku ini.

Tanpa terasa sudah giliran nomor antreanku tiba, dan aku kembali masuk ke tempat antrean bersama dengan mba up lineku ini. Semua berjalan lancar walaupun hari senin besuk aku mesti kembali lagi ke kantor oriflame untuk mengambil barang yang aku beli hari ini, karena malas untuk mengantre lagi sehingga aku putuskan saja senin aku kembali untuk mengambil barangnya. Kemudian aku kembali mundur untuk menyiapkan tindakan apa selanjutnya, karena waktu masih panjang untuk menjemput bapakku. Perut terasa lapar pula, kebetulan hari ini aku tidak puasa, sebenernya sudah beberapa hari ini sih… hal biasa yang dialami perempuan normal : D. Karena tak tahan dengan rasa lapar ini aku mengajak salah satu teman dari mba up lineku itu yang tadi sempat dikenalkanΒ  untuk mencari makanan, tanpa canggung aku mengajaknya mencari makan diseputaran kantor tersebut, dari pada aku ngacir sendiri tanpa bilang apa-apa, nanti dikira ga setia kawan bukannya tadi sudah dibantuin antre juga πŸ˜€ . Bertemulah dengan pedagang bakso, biasa makan pengganjal perut sementara. Kami memesan pertama 3 mangkok karena memang kami bertiga yaitu aku, teman up line dan anaknya up lineku. Kemudian disusul dengan up lineku, akhirnya kami berempat makan bareng, dan akulah pemenangnya karena memang aku ingin segera menyelesaikan makan itu dan berganti dengan rujak. Kami bertiga yang dewasa-dewasa tentunya saling ngobrol, ya seputaran oriflame dan berlanjut tentang pekerjaan dan sistem MLM, aku hanya sebagai pendengar saja tapi sesekali juga mengeluarkan pendapat juga sambil ngobrol hal-hal yang laennya. Biasa perempuan dan diantara keduanya merupakan ibu-ibu yang yakin pengalaman mereka sudah banyak. Tapi ibu yang satu ini, temennya up linekuΒ  orangnya polos dan menceritakan sistem atau cara kerja MLM yang dia lakukan selama ini, dari situ ketahuan kalau dia ada yang salah dengan sistemnya, kemudian si mba up lineku ini memberi informasi tentang sistem yang benar. Aku ditengah-tengah hanya bisa tertawa maklum dan tertawa bangga. Tertawa maklum aku tujukan untuk ibu-ibu yang polos itu dan tertawa bahagian untuk mba up linku ini, karena dia ini ternyata cerdik juga dalam menjalankan sistem bisnis MLM, prinsip dia yaitu “aku mau mengerjakan MLM tapi aku ga mau dikerjain MLM” dalam hati weeeee…. bagus juga hahahaha….. kemudian dari situ dia menceritakan pengalamannya ikut berbagai macam MLM sampai pengalaman dalam menangani masalah ekonomi yang menimpa keluarganya. Setelah dia menceritakan pengalaman dan cara menyikapinya aku menjadi prihatin dan salut. Kemudian kata-kata yang masih aku ingat yaitu ” segala sesuatu tergantung dari pikiran kita” aku mengingat kalimat atau kata-kata itu bukan karena belum tahu atau belum pernah dengar tentang hal itu. Justru sangking seringnya aku membaca dan mendengar dari segala macam buku dan segala macam orang, telingaku dan pikiranku menjadi full dengan kata-kata itu sehingga lumber dan tumpah berceceran kemana mana akhirnya hilang dan menguap. Tapi karena tanpa aku sadari kalimat itu muncul lagi dan aku dengar lagi dari orang yang tidak aku duga. Dari situlah aku semakin yakin bahwa memang benar segala sesuatu itu tergantung dari pikiran kita. Jadi kata-kata yang sering diucapkan, dilontarkan, diingatkan dan seterusnya yaitu berfikirlah yang positif itu benar adanya. Kalau kita berfikir yang positif maka yang terjadi ya posisitif sedang kalau kita sudah berfikir yang negatif yang terjadi ya negatif itu. begitu mba up linku kembali lagi berucap itu kembali lagi aku menjadi teringat makna yang sesungguhnya dari kalimat itu dan langsung saat itu juga aku langsung terapkan, dan hasilnya bisa langsung aku dapatkan pula sore itu pula sampe malam ini sampe aku menulis tulisan ini πŸ˜€

Sekali lagi aku berucap syukur Ya Allah atas yang terjadi hari ini. Benar-benar bersyukur Alhamdulillah… Ternyata semua yang terjadi di seluruh alam jagat raya ini pasti atas seijinmu Ya Allah … baik yang terjadi itu baik atau yang terjadi itu buruk. Sekarang aku benar-benar bisa membaca dan mengartikan arti dari suatu peristiwa atau kejadian. Terima kasih Allah atas hari ini. Dan Allah aku ingin hari-hari berikutnya berilah ketenangan dan kebebasan rasa seperti hari ini πŸ˜€ Amien.